Pages

Senin, 08 Juli 2013

POLITISI (HARUS) MENJILAT

Menjilat ludah sendiri merupakan sebuah penghinaan. Semasa kecil, aku diajarkan untuk tidak mengumbar janji, dan harus hati-hati dalam berbicara. Ajaran itu selalu terngiang dalam ingatan saya. Pesan itu sangat bermanfaat, jangan sampai saya menjilat lagi ludah yang sudah dibuang dikemudian hari. Sembari mengingat pesan tersebut, hari ini saya merinding ketika membaca koran maupun majalah yang memberitakan tentang dinasti dalam partai politik.

Seakan tidak mau kehilangan nama baik keluarga, Partai Demokrat berhasil merekrut Pramono Edhie Wibowo, seorang mantan jenderal, adik ipar ketua umum partai berlambang merci. Tidak tanggung-tanggung, Pramono langsung menduduki posisi yang strategis, anggota Dewan Pembina. Pramono pun menjadi calon kuat presiden dari partai biru itu.

Masih terngiang janji Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pada bulan April lalu. Esbeye berjanji tidak akan mengusung istri atau pun kerabatnya, dan tidak akan membangun dinasti politik, termasuk dengan mengajukan pramono. Namun fakta berbicara lain. Memang benar, dalam politik tidak ada yang abadi. Semuanya labil, tergantung kepentingan. Tidak peduli ludah yang sudah dibuang dijilat kembali. Menjijikan. Tapi, itulah politik. Harus berani menjiat. Putusin urat malu, tidak jijik dan berani menjilat.

0 komentar:

Posting Komentar